BLOG RAHARJA

Fenomena bom bunuh diri akhir-akhir ini membuat kita berpikir ada apa sebenarnya ini? Bom bunuh diri yang diyakini dilakukan ole M. Syarif patut jadi renungan fenomena apa yang sedang terjadi. Yang lebih mengagetkan lagi bahwa M.Syarif ini melakukan aksinya tidak terkait dengan jaringan teroris yang oleh aparat yang getol-getolnya ditumpas. Bagimana mendoktrinnya sehingga merelakan jiwanya menjadi korban bersama ledakan bom.
Belum lagi bingung kita sirna tentang ledakan bom bunuh diri , kini timbul percobaan peledakan pipa gas di serpong yang notabene dapat menghancurkan gereja Crist Chatedral, beberapa perusahaan dan sebuah sekolah Islam, untungnya bom tidak sempat meledak karena keburu terdeteksi aparat kepolisisan sehingga peristiwa yang tidak kita inginkan urung terjadi.

Fakta yang ada membuat kita mengurut dahi dan mencengangkan. Betapa tidak, hampir separuh tersangka pelaku adalah sarjana yang mempunyai daya intelektual tinggi dan wawasan luas. Pelaku juga mempelajari dan merakit bom secara otodidak melalui internet. Jadi ancaman timbulya gerakan teroris semakin besar karena system perekrutannya juga melalui media yang lebih maju yaitu internet.
Belum lagi fakta lain yang ada perekrutan anggota jaringan teroris disinyalir melalui hipnotis dan pencucian otak. Modus ini terungkap ketika didapati 9 orang mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) di doktrin oleh orang yang tak dikenal dan di doktrin di tempat yang dirahasiakan dengan cara ditutup mata. Sampai hari ini 7 orang telah kembali dan menjalani rehabilitasi oleh pihak kampus, sementara 2 orang mahasiswa belum diketahui keberadaannya. Jadi teknik hipnotis dan pencucian otak ini adalah teknik yang berbahaya yang disinyalir menyebabkan pelaku nekat melakukan tindakan yang diluar kesadaran kita. Mungkin kita perlu waspada dalam hal ini.