Timnas Bahrain Bantai Indonesia 10 - 0
Sepakbola merupakan olah raga favorit di Indonesia, yang
seyogyanya di gandang-gandang dan jadi tontonan utama. Lihatlah tontonan liga
dunia selalu menghiasi tontonan layer kaca kita. Liga Inggris di layer kaca
kita, Liga Spanyol menjadi idaman dan liga Italia semakin memeriahkan
gempitanya persepakbolaan kita. Maka tidak salah jika Liga Indonesia
selalu dipenuhi penggemar sepakbola yang meningkatkan euphoria sepakbola kita.
Rakyat kita atau lebih tepat pencinta sepakbola kita haus akan tontonan dan hiburan
yang berkualitas atau tepatnya kompetisi berkualitas yang akhirnya rindu akan
Timnas berkualitas serta prestasi yang membanggakan.
Kita mulai era
pelatih timnas Ivan Kolev seolah memenuhi espektasi keinginan itu, timnas
meningkatk kualitasnya walaupun belum memberikan prestasi yang diharapkan.
Kemudian masuk Alfred Riedle pelatih pendiam dan tegas ini mampu mengangkat
permainan timnas kita sehingga sempat mampu mengalahkan Bahrain 2 – 1.
Tapi seperti
biasanya kebiasaan buruk negeri ini apabila ada prestasi baik muncul
pahlawan-pahlawan kesiangan yang dengan PDnya dan tanpa malu mengaku dan
mengacaukan situasi ini. PSSI bergolak terjadi 2 kubu yang sama-sama tak pernah
berpikir memajukan bangsa ini sehingga membuat kompetisi terbagi menjadi 2
kompetisi tarkam ISL dan IPL. Masalahnya timbul karena mayoritas ikut di
kompetisi ISL yang menjadi tandingan kompetisi resmi PSSI IPL. Jadinya pelatih
Timnas kekurangan stok pemain karena PSSI menolak memasukan pemain yang berlaga
di ISL. Kontan saja pelatih Timnas Rachmad Darmawan mengudurkan diri karena
tidak mau menanggung beban malu timnas gagal nantinya.
Hal ini terbukti
Timnas yang mengakhiri laga Prakualifikasi Piala Dunia 2014 Melawan Bahrain
Timnas di bantai 10 – 0. Di kandang Bahrain. Dengan persiapan seadanya
hanya 1 minggu menurut pelatih Ajie Santoso dengan pemain seadanya dari timnas
u-23 pula ya sudah jadilah Timnas kita dibantai 10 – 0. Ini semua tak lepas
dari sepelenya PSSI . Hasilnya ini seolah menampar harga diri bangsa. Sempat menimbulkan
kecurigaan ada permainan karena kebetulan Bahrain
butuh hasil 8 – 0 jika ingin lolos dengan catatan Qatar
kalah melawan Iran.
Yang anehnya
ketua PSSI menolak bertanggung jawab dengan hasil ini, pertanyaannya adalah
kalau ketua PSSI tidak mau tanggung jawab jadi siapa yang tanggung jawab?
Mungkinkah kita minta tanggung jawab pemulung, tukang beca? Memang masih banyak
manusia bermental sontoloyo yang merusak prestasi bangsa.
Kapan sepabola Indonesia berprestasi baik ya gan? bukan cuma tawuran melulu, memuakan.
ReplyDelete